Senin, 15 Oktober 2012

HASIL AKHIR REVISI BAB IV


BAB IV
SIMPULAN

Tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa muncul karena adanya stratifikasi sosial di masyarakat kedua penutur bahasa tersebut yang berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Di Jepang, terdapat kelas keluarga kaisar, bangsawan, samurai, petani, pedagang, tukang dan rakyat jelata. Begitu juga di tanah Jawa, ada kelas keluarga raja, bangsawan, saudagar, priyayi, petani, nelayan, dan wong cilik. Adanya kelas-kelas sosial pada masyarakat Jepang dan Jawa tersebut melahirkan berbagai variasi tingkatan bahasa yang saling berbeda di masing-masing kelas tersebut.
 Setelah penulis memaparkan mengenai perbandingan antara penggunaan tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa, penulis dapat menarik kesimpulan mengenai perbedaan antara tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa antara lain sebagai berikut:
1.      Bahasa Jepang mengenal adanya tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang sedang dalam bahasa Jawa mengenal adanya undak-usuk/tingkat tutur (speech levels).
2.      Tingkat tutur bahasa Jepang mengenal konsep uchi dalam dan soto luar, artinya orang Jepang akan memperhatikan dengan siapa berbicara, dan siapa yang dibicarakan sedang tiingkat tutur bahasa Jawa tidak mengenal konsep uchi dalam dan soto luar seperti bahasa Jepang, tapi dalam bahasa Jawa apabila membicarakan orang dalam maupun orang luar dalam perusahaan sendiri maupun perusahaan orang lain kedudukannya apabila bawahan dengan atasan atau belum akrab menggunakan bahasa menghormat.
3.      Dalam ragam futsuu bahasa Jepang digunakan dalam situasi sudah akrab, seperti: teman, rekan kerja, dan keluarga sendiri, sedangkan bentuk ngoko bahasa Jawa  yang sejajar  dengan futsuu dalam bahasa Jepang digunakan juga dalam situasi sudah akrab, seperti: teman, bedanya dalam lingkup keluarga sendiri maupun keluarga orang lain harus memakai bentuk krama.
4.      Dalam bahasa Jepang hampir semua kata futsuu bisa diubah ke dalam teinei maupun sonkeigo, tetapi dalam bahasa Jawa kata ngoko ada yang hanya memiliki padanan dalam krama saja tetapi dalam krama inggil padanannya tidak ada, ada yang memiliki padanan dalam krama dan juga krama inggil.
5.      Tingkatan bahasa dalam bahasa Jepang terdiri atas empat tingkatan sedangkan undak-usuk bahasa Jawa terdiri atas tujuh/sembilan tingkatan. Tingkatan bahasa dalam Jepang terdiri atas; (1) Sonkeigo, (2) Kenjoogo, (3) Teineigo (4) Futsuugo. Sedangkan undak-usuk bahasa Jawa terdiri atas: (1) Ngoko lugu, (2) Antya basa, (3) Basa antya, (4) Wredha krama, (5) Mudha krama, (6) Kramantara, (7) Madya ngoko, (8) Madya krama, (9) Madyantara.
6.      Verba, adjektiva dan nomina dalam pembentukan tingkatan bahasa Jepang mengalami infleksi atau konjugasi, misalnya verba iu (futsuugo) berubah menjadi iimasu (teineigo) kemudian menjadi osshaimasu (sonkeigo) dan nomina uchi (futsuugo)‘rumah’ menjadi otaku (teineigo) sedangkan dalam bahasa Jawa tidak mengalami infleksi.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar