BAB
IV
SIMPULAN
Tingkatan bahasa dalam bahasa
Jepang dan undak-usuk bahasa Jawa
muncul karena adanya stratifikasi sosial di masyarakat kedua penutur bahasa
tersebut yang berlangsung sejak ratusan tahun yang lalu. Di Jepang, terdapat kelas keluarga kaisar,
bangsawan, samurai, petani, pedagang, tukang dan rakyat jelata. Begitu juga di
tanah Jawa, ada kelas keluarga raja, bangsawan, saudagar, priyayi, petani,
nelayan, dan wong cilik. Adanya
kelas-kelas sosial pada masyarakat Jepang dan Jawa tersebut melahirkan berbagai
variasi tingkatan bahasa yang saling berbeda di masing-masing kelas tersebut.
Setelah penulis
memaparkan mengenai perbandingan antara penggunaan tingkatan bahasa dalam
bahasa Jepang dan undak-usuk bahasa
Jawa, penulis dapat menarik kesimpulan mengenai perbedaan antara tingkatan
bahasa dalam bahasa Jepang dan undak-usuk
bahasa Jawa antara lain sebagai berikut:
1. Bahasa Jepang mengenal adanya tingkatan bahasa dalam
bahasa Jepang sedang dalam bahasa Jawa mengenal adanya undak-usuk/tingkat tutur (speech
levels).
2. Tingkat
tutur bahasa Jepang mengenal konsep uchi
dalam dan soto luar, artinya orang
Jepang akan memperhatikan dengan siapa berbicara, dan siapa yang dibicarakan
sedang tiingkat tutur bahasa Jawa tidak mengenal konsep uchi dalam dan soto luar seperti
bahasa Jepang, tapi dalam bahasa Jawa apabila membicarakan orang dalam maupun
orang luar dalam perusahaan sendiri maupun perusahaan orang lain kedudukannya
apabila bawahan dengan atasan atau belum akrab menggunakan bahasa menghormat.
3. Dalam
ragam futsuu bahasa Jepang digunakan
dalam situasi sudah akrab, seperti: teman, rekan kerja, dan keluarga sendiri,
sedangkan bentuk ngoko bahasa
Jawa yang sejajar dengan futsuu
dalam bahasa Jepang digunakan juga dalam situasi sudah akrab, seperti:
teman, bedanya dalam lingkup keluarga sendiri maupun keluarga orang lain harus
memakai bentuk krama.
4. Dalam
bahasa Jepang hampir semua kata futsuu
bisa diubah ke dalam teinei maupun sonkeigo, tetapi dalam bahasa Jawa kata ngoko ada yang hanya memiliki padanan
dalam krama saja tetapi dalam krama inggil padanannya tidak ada, ada
yang memiliki padanan dalam krama dan
juga krama inggil.
5. Tingkatan
bahasa dalam bahasa Jepang terdiri atas empat tingkatan sedangkan undak-usuk bahasa Jawa terdiri atas
tujuh/sembilan tingkatan. Tingkatan bahasa dalam Jepang terdiri atas; (1) Sonkeigo, (2) Kenjoogo, (3) Teineigo (4) Futsuugo. Sedangkan undak-usuk bahasa
Jawa terdiri atas: (1) Ngoko lugu, (2) Antya basa, (3) Basa antya, (4) Wredha krama, (5) Mudha
krama, (6) Kramantara, (7) Madya
ngoko, (8) Madya krama, (9) Madyantara.
6. Verba, adjektiva dan nomina dalam pembentukan
tingkatan bahasa Jepang mengalami infleksi atau konjugasi, misalnya verba iu (futsuugo) berubah menjadi iimasu (teineigo) kemudian menjadi osshaimasu (sonkeigo) dan nomina uchi (futsuugo)‘rumah’ menjadi otaku (teineigo) sedangkan dalam bahasa
Jawa tidak mengalami infleksi.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar